#navbar-iframe{height:0px;visibility:hidden;display: none !important}
Maklumat Pengajian & Program Majlis Ta'lim Rahmatan Lil A'lamin ... Sila klik Majlis Ilmu atau Program Dakwah...

Rabu, 30 Jun 2010

Akhir Wasiat Nabi Muhammad saw Kepada Umatnya

pada hadits agung sayyidina nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam , inilah khutbah terakhir beliau sebelum wafat , majelis beliau yang terakhir sebelum beliau wafat . Beliau keluar dalam keadaan demam berat setelah beberapa hari tidak keluar , dan disebutkan dalam hadits bahwa kepalanya diikat dengan kain hingga menghitam karena banyaknya obat dipakaikan di kain yang diikatkan di kepala beliau karena sakit kepalanya yang dahsyat , dan beliau dalam hari-hari terakhir mencapai sakaratul maut , beliau menutup dirinya dengan rida' ( sorban ) dengan gemetar beliau naik ke atas mimbar dan berdiri seraya berkata : " Wahai manusia kemarilah berkumpul kepadaku " , maka para sahabat berdesakan ke hadapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan beliau berkata dalam kalimat-kalimat yang menjadi khutbah terakhir sang nabi : " bahwa ketahuilah akan datang waktunya nanti dimana Anshar akan semakin sedikit dan ummat akan semakin banyak , maka siapa pun yang menjadi pemimpin dari ummat Muhammad , jika ia memiliki aib , atau kesalahan pada seseorang tapi memiliki kebaikan pada orang lainnya , dalam riwayat lain ia memiliki kesalahan pada suatu kelompok orang tapi memiliki kebaikan pada kelompok lainnya , maka maafkan kesalahannya dan terima kebaikannya " , inilah akhir ucapan nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam , dan beberapa hari kemudian beliau saw wafat . Inilah akhir wasiat nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam kepada kita ,

Jadi jelaslah jika ada ummat nabi Muhammad yang memimpin kita baik dia siapapun selama dia muslim ummat sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam , maka Rasul telah berwasiat untuk menghormati mereka karena mereka adalah ummat sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam . Terimalah kebaikannya dan maafkanlah kesalahannya , kalau ada yang salah tentu benahi dengan cara yang baik , inilah akhir wasiat sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam disaat beliau dalam keadaan gemetar mencapai akhir-akhir sakaratul maut . Dan dalam khutbah di dalam riwayat lainnya Rasul shallallahu 'alaihi wasallam berkata :

Allah merayakan hari kelahiran para Nabi Nya

• Firman Allah : “(Isa berkata dari dalam perut ibunya) Salam sejahtera atasku, di hari kelahiranku, dan hari aku wafat, dan hari aku dibangkitkan” (QS Maryam 33)
• Firman Allah : “Salam Sejahtera dari kami (untuk Yahya as) dihari kelahirannya, dan hari wafatnya dan hari ia dibangkitkan” (QS Maryam 15)
• Rasul saw lahir dengan keadaan sudah dikhitan (Almustadrak ala shahihain hadits no.4177)

• Berkata Utsman bin Abil Ash Asstaqafiy dari ibunya yg menjadi pembantunya Aminah ra bunda Nabi saw, ketika Bunda Nabi saw mulai saat saat melahirkan, ia (ibu utsman) melihat bintang bintang mendekat hingga ia takut berjatuhan diatas kepalanya, lalu ia melihat cahaya terang benderang keluar dari Bunda Nabi saw hingga membuat terang benderangnya kamar dan rumah (Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal 583)
• Ketika Rasul saw lahir kemuka bumi beliau langsung bersujud (Sirah Ibn Hisyam)
• Riwayat shahih oleh Ibn Hibban dan Hakim bahwa Ibunda Nabi saw saat melahirkan Nabi saw melihat cahaya yg terang benderang hingga pandangannya menembus dan melihat Istana Istana Romawi (Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal 583)
• Malam kelahiran Rasul saw itu runtuh singgasana Kaisar Kisra, dan runtuh pula 14 buah jendela besar di Istana Kisra, dan Padamnya Api di Kekaisaran Persia yg 1000 tahun tak pernah padam. (Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal 583)

اللهـم صـل وسـلم وبارك علـيه وعلـى آلـه

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang

Ya Allah limpahkanlah shalawat atas Muhammad, Kekasih- Mu pemilik syafa’at yang dilimpahi syafa’at- Mu.

Ya Allah limpahkanlah shalawat atas Muhammad, Semulia-mulia ciptaan, dalam keagungan dan derajatnya.

Ya Allah limpahkanlah shalawat atas Muhammad, Makhluk yang termulia kedudukannya, melebihi segenap ciptaan.

Ya Allah limpahkanlah shalawat atas Muhammad, Jalankanlah kami Wahai Tuhan ke jalan yang paling benar (jalan nabi- Mu).

Ya Allah limpahkanlah shalawat atas Muhammad, Sembuhkanlah kami dari segala Keluhan penyakit,

Ya Allah Limpahkanlah Shalawat atas Muhammad, Perbaikilah Hati dan ma’afkanlah, dan berilah kami (segala yang) manfa’at,

Ya Allah Limpahkanlah Shalawat atas Muhammad, Bentengilah dari yang sedang memusuhi kami dan hindarkanlah kami dari musuh yang akan datang kepada kami,

Ya Allah Limpahkanlah Shalawat atas Muhammad, Kami berlindung di dalam Benteng- Mu Yang Melindungi dari segala gangguan,

Ya Allah Limpahkanlah Shalawat atas Muhammad, Ya Allah Ridhoilah kami dengan Keridhoan- Mu Yang Agung,

Ya Allah Limpahkanlah Shalawat atas Muhammad, Jadikanlah kami berkompul dengan Nabi- Mu di Surga,

Ya Allah Limpahkanlah Shalawat atas Muhammad, Jadikanlah kami selalu berdampingan dengan Sebaik-baik Ciptaan- Mu,

Ya Allah Limpahkanlah Shalawat atas Muhammad, Ya Allah Limpahkanlah Shalawat atasnya serta Salam Sejahtera,

Ya Allah Limpahkanlah Shalawat dan Salam serta Keberkahan Padanya dan Pada Keluarganya,

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih Maha Penyayang. Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk.

“ SESUNGGUHNYA KAMI TELAH MEMBENTANGKAN BAGIMU (Wahai Muhammad saw) KEMENANGAN YANG GEMILANG. AGAR DIA ALLAH MENGAMPUNI DOSA-DOSAMU YANG TERDAHULU DAN YANG AKAN DATANG. DAN MENYEMPURNAKAN NI’MAT NYA ATASMU (Wahai Muhammad saw), DAN DIA (Allah) MEMBERIMU PETUNJUK KE JALAN YANG LURUS, DAN ALLAH AKAN MEMBERIKAN PERTOLONGAN PADAMU DENGAN PERTOLONGAN YANG MULIA”,

“ SESUNGGUHNYA TELAH DATANG KEPADAMU UTUSAN DARI GOLONGANMU, DAN SANGAT BERAT BAGINYA (Muhammad saw) APA-APA YANG MENIMPA KALIAN, DAN SANGAT MENJAGA KALIAN (Dari Kemurkaan Allah dan Neraka), DAN IA SANGAT BERLEMAH LEMBUT DAN BERKASIH SAYANG ATAS ORANG-ORANG MU’MIN, MAKA JIKA MEREKA INGKAR MAKA KATAKANLAH : CUKUPLAH PERTOLONGAN ALLAH BAGIKU, TIADA TUHAN SELAIN DIA, DAN KEPADA NYA AKU BERSERAH DIRI DAN DIA ADALAH PEMILIK ARSY YANG AGUNG”,

“ SESUNGGUHNYA ALLAH DAN PARA MALAIKAT NYA BERSHALAWAT ATAS NABI (saw), WAHAI ORANG-ORANG YANG BERIMAN BERSHALAWATLAH PADANYA, DAN BERILAH SALAM KEPADANYA DENGAN SEBAIK-BAIK SALAM SEJAHTERA”,

Selasa, 29 Jun 2010

Selamat Jalan Tokoh rujukan para Wali Allah

Dengan suasana masih gundah dan berkabung atas Mangkatnnya Al Arif Billah Al Qutb Alhabib Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf rahimahullah di Jeddah, maka kamis sore 13 Mei 2010 menyusul pula teman seperguruan beliau, Al Arif Billah Alhabib Ali bin Jakfar Alaydrus rahimahullah.

Beliau sudah dianggap guru rujukan bagi para ulama besar dan para ahli makrifah billah khususnya para habaib terkemuka di dunia, sebagaimana Al Arif Billah Alhabib Hasan bin Abdullah Assyatiri rahimahullah, Al Allamah Al Musnid Alhabib Muhammad bin Alwi Al Malikiy Rahimahullah, juga para Tokoh ulama habaib saat ini seperti Al Allamah Al Musnid Alhabib Umar bin Hafidh, Al Allamah Al Musnid Alhabib Salim bin Abdullah Assyatiri, Al Allamah Almusnid Alhabib Zein bin Ibrahim bin Smeith, dan banyak lagi para tokoh Makrifah billah dan para Musnid Hadits berkunjung silaturahmi pd beliau, tiadalah satu dari mereka kunjung ke Malaysia mestilah bersilaturahmi pada beliau.

Tidur Seperti Saidina RASULULLAH SAW

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Adab islami sebelum tidur yang seharusnya tidak ditinggalkan oleh seorang muslim adalah sebagai berikut.

Pertama: Tidurlah dalam keadaan berwudhu.

Hal ini berdasarkan hadits Al Baro’ bin ‘Azib, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوءَكَ لِلصَّلاَةِ ، ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الأَيْمَنِ

“Jika kamu mendatangi tempat tidurmu maka wudhulah seperti wudhu untuk shalat, lalu berbaringlah pada sisi kanan badanmu.” (HR. Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710)

Kedua: Tidur berbaring pada sisi kanan.

Hal ini berdasarkan hadits di atas. Adapun manfaatnya sebagaimana disebutkan oleh Ibnul Qayyim, “Tidur berbaring pada sisi kanan dianjurkan dalam Islam agar seseorang tidak kesusahan untuk bangun shalat malam. Tidur pada sisi kanan lebih bermanfaat pada jantung. Sedangkan tidur pada sisi kiri berguna bagi badan (namun membuat seseorang semakin malas)” (Zaadul Ma’ad, 1/321-322).

Realitas Dakwah dan Politik

Dakwah di era kontemporer ini bertujuan untuk mengembalikan kehidupan kaum Muslimin ke garis yang benar, demi mengarahkan mereka kepada ibadatullah dalam segala aspeknya. Para du'at itu mendakwahi ekonom dan bisnismen, tanpa harus mereka berprofesi sebagai pebisnis. Mereka mendakwahi politisi dan negarawan, tanpa harus mereka beralih profesi dari da'I menjadi politisi. Mereka mendakwahi artis, tanpa harus menjadi artis. Mendakwahi preman, tanpa harus jadi preman. Untuk merubah sesuatu, khususnya sebuah dunia gelap, tidak mengahruskan kita menceburkan diri dalam dunia itu. Dari contoh-contoh dakwah pendahulu pun, tidak melakukan hal itu. Karena untuk menjadi pebisnis, begitu juga politisi, tidak semudah yang dikhayalkan oleh banyak orang.

Asumsi bahwa jika kita masuk ke sebuah dunia, kita bisa merubah dunia itu, atau merubah banyak di dunia itu, ini lebih kepada teori indah, tapi ketika dikerjakan, amatlah sungguh berat. Karena dunia bisnis dan politik itu, sarat dengan kebohongan, ketidak jujuran, khianat, halal menjadi haram, halal menjadi haram. Sehingga yang terjadi ialah perubahan akhlak dan identitas keislaman da'i-dai'I yang masuk ke dalamnya. Sikap wara' menjadi rapuh. Kebohongan menjadi biasa. Syubhat menjadi keharusan. Yang sebelumnya takut pada yang syubhat, belakangan terkesan menjadi berani pada yang syubhat bahkan mungkin juga pada yang haram. Kewara'an dan zuhud yang menjadi muwashofat seorang da'I, nyaris menjadi tak popular. Penilaian juga ikut berubah. Hal-hal (baca : uang) yang sebelumnya dianggap haram, harus dihindari, dan merusak kewara'an, belakangan sudah dianggap biasa, atau tuntutan berbisnis atau berpolitik. Untuk menjustifikasi tindakan-tindakan itu, digunakanlah kaidah-kaidah fiqh secara berani dan tidak proporsional. Seolah-olah yang menetapkan hukum dan fatwa, orang-orang sekaliber Abu Hanifah, Malik dan asy-Syafi'i. Kalau Imam Malik dulu, lebih banyak menjawab "tidak tahu" dari 40 masalah yang diajukan kepadanya, padahal dia seorang Imam Mujtahid, sementara dizaman sekarang banyak peneliti agama, menjawab dengan berani masalah apa saja yang diajukan kepada mereka, dengan dalih ijtihad, maslahat.

Para imam itu dahulu, enggan menjawab masalah padahal dia mengetahuinya, karena mengingat riwayat yang popular di kalangan fuqoha' : "Ajro'ukum ala al-Futya ajro'ukum ala an-Nar". (orang yang paling berani di antara kalian berfatwa, adalah orang yang paling berani masuk neraka.)

Isnin, 28 Jun 2010

Nabi saw Mi'raj Ke Langit

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: لَمَّا عُرِجَ بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِلَى السَّمَاءِ، قَالَ رسول صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَتَيْتُ عَلَى نَهَرٍ، حَافَتَاهُ قِبَابُ اللُّؤْلُؤِ، مُجَوَّفًا فَقُلْتُ مَا هَذَا يَا جِبْرِيلُ..؟، قَالَ هَذَا الْكَوْثَرُ ( صحيح البخاري )

Dari Anas ra berkata :

" Ketika nabi saw diangkat untuk Mikraj ke Langit, bersabda Rasulullah saw : aku telah mengunjungi sebuah sungai, yg dikelililingi kubah kubah Mutiara yg berongga rongga” ". ( Shahih Al Bukhari )

Limpahan Puji Kehadirat Allah Maha Raja Tunggal dan Abadi, Maha Melimpahkan keindahan Dzat Nya, yang merupakan isyarat dengan penciptaan alam semesta, merupakan lambang yang menyeru hamba Nya untuk mendekat, kepada keridhaan, kepada pengampunan, kepada kesucian, kepada keluhuran, kepada kebahagiaan dunia dan akhirat, dari yang Maha Tunggal Menguasai kerajaan dunia dan akhirat, Allah Maha penguasa dan Maha menguasai setiap kejadian, Maha Menawarkan kedekatan dan Cinta Nya kepada hamba-hamba Nya, dan Maha Menghibur hamba agar jangan risau ingin dekat dan putus asa dari Rahmat Nya, Dialah Allah, Yang telah menyeru para pendosa dengan Firman Nya :

“Katakanlah Wahai hamba-hamba Ku, yang telah melampaui batas dalam berbuat dosa jangan berputus asa dari kasih sayang Allah, sungguh Allah Maha Mengampuni semua dosa, dan sungguh Allah Maha pengampun dan berkasih sayang” (QS Azzumar 53)

Diriwayatkan oleh Hujjatul Islam wabarakatul anam Al Imam Qadhi’iyad didalam kitabnya Assyifa, menukilkan riwayat ayat ini adalah :

Ketika Sang pembunuh Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthalib radhiyallahu'anhu pamannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, yaitu Wahsyi seorang budak yang memang sengaja membunuh Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthallib radhiyallahu'anhum di dalam perang Uhud, di saat perang Uhud itu Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthallib di tombak dari kejauhan dari belakang tubuhnya hingga wafat dan Wahsyi tidak cukup hanya dengan itu, Wahsyi membelah dada Sayyidina Hamzah, mengeluarkan jantungnya, memotong hidung dan telinga dan bibir dan mencungkil ke dua matanya lantas di bawakan kepada Hindun.

Khamis, 24 Jun 2010

Tak ‘kan Menyamai Ketinggian Nabi SAW

Di akhir zaman tidak ada amalan yang pasti diterima oleh Allah SWT selain bershalawat kepada Rasulullah SAW
Seminggu sepeninggal Rasulullah SAW, seorang Badwi datang ke Madinah. Ia bermaksud menjumpai Nabi.
Sesampainya di Madinah, ia menanyai sahabat yang dijumpainya. Tapi dikatakan kepadanya bahwa Rasulullah SAW telah wafat seminggu sebelumnya dan makamnya ada di samping masjid, di kamar Aisyah, istri Rasulullah SAW.
Badwi itu pun sangat bersedih, air matanya bercucuran, karena tak sempat berjumpa dengan Nabi SAW.
Segera ia menuju makam Rasulullah SAW. Di hadapan makam Nabi, ia duduk bersimpuh, mengadukan dan mengutarakan kegelisahan dan kegundahan hatinya. Dengan linangan air mata, ia berkata, “Wahai Rasulullah, engkau rasul pilihan, makhluk paling mulia di sisi Allah. Aku datang untuk berjumpa denganmu untuk mengadukan segala penyesalanku dan gundah gulana hatiku atas segala kesalahan dan dosa-dosaku, namun engkau telah pergi meninggalkan kami. Akan tetapi Allah telah berfirman melalui lisanmu yang suci, ‘…. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya diri mereka datang kepadamu lalu memohon ampun kepada Allah dan Rasul pun memohonkan ampun kepada Allah SWT untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.’ – QS An-Nisa (4): 64.
Kini aku datang kepadamu untuk mengadukan halku kepadamu, penyesalanku atas segala kesalahan dan dosa yang telah aku perbuat di masa laluku, agar engkau mohonkan ampunan kepada Allah bagiku….” Setelah mengadukan segala keluh kesah yang ada di hatinya, Badwi itu pun meninggalkan makam Rasulullah SAW.
Kala itu di Masjid Nabawi ada seorang sahabat Nabi SAW tengah tertidur. Dalam tidurnya ia bermimpi didatangi Rasulullah. Beliau berkata, “Wahai Fulan, bangunlah dan kejarlah orang yang tadi datang kepadaku. Berikan khabar gembira kepadanya bahwa Allah telah mendengar permohonannya dan Allah telah mengampuninya atas segala kesalahan dan dosanya….”
Sahabat tadi terbangun seketika itu juga. Tanpa berpikir panjang ia pun segera mengejar orang yang dikatakan Rasulullah SAW dalam mimpinya.
Tak berapa lama, orang yang dimaksud pun terlihat olehnya. Sahabat itu memanggilnya dan menceritakan apa yang dipesankan Rasulullah SAW dalam mimpinya.
Habib Abdurrahman mengingatkan pentingnya mengagungkan Rasulullah SAW. Mengagungkan Rasulullah merupakan kewajiban yang diperintahkan syari’at. Tapi bukanlah menuhankan beliau. Mengagungkan dan menyanjung Nabi SAW berarti menaati perintah Allah SWT.
Dalam Al-Quran, Allah SWT selalu memanggil para nabi dengan menyebut namanya. Seperti firman Allah SWT kepada Nabi Adam AS, “Allah berfirman, ‘Wahai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini…’.” – QS Al-Baqarah (2): 33. Namun, Allah mengecualikan Rasul-Nya, Muhammad SAW, dengan panggilan yang khusus dan agung. Allah tidak memanggil namanya, melainkan selalu memanggilnya dengan sifat-sifat atau predikatnya. Seperti firman Allah SWT, “Wahai orang yang berselimut.” – QS Al-Muddatsir (74): 1. Ini menunjukkan, Allah mengistimewakan Nabi Muhammad SAW.

Jangan Kalian Lupakan

Dalam konteks seperti inilah Maulid Nabi memiliki peran sentral untuk menyadarkan umat akan nikmat yang telah Allah SWT berikan kepada mereka, agar mereka dapat membangkitkan semangat untuk kembali menghidupkan sunnah-sunnah nabinya. Al-Qaradhawi mengatakan, “Ketika berbicara tentang peristiwa Maulid, kita sedang mengingatkan umat akan nikmat pemberian yang sangat besar, nikmat keberlangsungan risalah, nikmat kelanjutan kenabian. Dan berbicara atau membicarakan nikmat sangatlah dianjurkan oleh syari’at, dan sangat dibutuhkan.
Allah SWT memerintahkan demikian kepada kita dalam banyak firman-Nya. Misalnya, ‘Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikuruniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang kamu tidak dapat melihatnya. Dan adalah Allah Maha melihat akan apa yang kamu kerjakan. (Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan (penggambaran bagaimana hebatnya perasaan takut dan gentar) dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka.’ (QS Al-Ahzab: 9-10).

Sejarah Berulang

Al-Quran telah merekam sebuah zaman yang sangat gelap. Kebodohan dan kesombongan menjadi kebanggaan. Anak-anak kecil laki-laki yang baru lahir dibunuh begitu saja. Fir’aun, yang pada waktu itu paling berkuasa, mengaku dirinya tuhan. Saat itu, lahirlah seorang bayi bernama Musa. Kelak ia terpilih sebagai nabi yang membawa ajaran kebenaran, membangkitkan kemanusiaan, dan menyelamatkan manusia dari kesesatan. Selain kisah Musa AS, baik sebelum maupun sesudahnya, kisah-kisah dibangkitkannya seorang nabi memenuhi lembaran-lembaran sejarah di setiap zaman.
Pertengahan abad keenam Masehi, zaman seperti itu muncul kembali. Syaikh An-Nadwi melukiskannya sebagai puncak zaman hancurnya kemanusiaan. Akal, yang Allah berikan kepada mereka, digusur dengan minuman keras, yang sangat merajalela. Manusia pada waktu itu tidak lagi berjalan dengan akalnya, melainkan disetir oleh hawa nafsu kebinatangannya. Yang kuat memeras yang lemah. Wanita tidak lagi dianggap sebagai manusia, melainkan semata-mata simbol seks dan pemuas hawa nafsu. Aqidah yang dibawa para nabi sebelumnya, lenyap ditelan kebodohan. Mereka tidak lagi menyembah Allah, Pencipta alam semesta, melainkan menyembah patung-patung yang mereka ciptakan sendiri. Buku-buku suci yang dibawa para nabi, mereka gerogoti kewahyuannya.
Jazirah Arab waktu itu benar-benar dalam puncak kegelapan dan kerendahan moral. Sayyid Quthub menggambarkan, kezhaliman pada saat itu menjadi suatu keharusan. Jika tidak berbuat zhalim, pasti dizhalimi. Minuman yang memabukkan bukan hanya kebiasaan, melainkan sebuah kebanggaan. Berganti-ganti pasangan merupakan hal biasa. Wanita hanya dijadikan tempat pelampiasan nafsu bejat kaum lelaki. Kemanusiaan di Jazirah Arab saat itu benar-benar berada pada titik nadir. Pada zaman itu, seseorang bernama Abrahah tiba-tiba berniat untuk menghancurkan Ka’bah, tempat yang sangat Allah sucikan. Suatu tindakan kebodohan yang demikian jelas. Abrahah benar-benar ingin menghancurkan Rumah Allah itu.

Tak Kenal, maka tak Cinta

Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki dalam Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyah menuturkan sebuah hadits riwayat Ibnu Abbas RA. Rasulullah SAW bersabda, “Semua nabi kelak di hari Kiamat akan didudukkan di mimbar mereka masing-masing yang terbuat dari cahaya. Mereka menduduki mimbar mereka, kecuali aku yang tidak mendudukinya. Aku berdiri di hadapan Allah karena hatiku diliputi perasaan takut, aku akan dibawa ke surga, sementara umatku aku tinggalkan.
Lalu aku berkata kepada Allah, ‘Ya Allah, umatku. Ya Allah, umatku.’ Allah berfirman, ‘Ya Muhammad, apa yang akan Aku lakukan kepada umatmu?’ Aku berkata, ‘Ya Allah, percepatlah hisab umatku’.”
Maka setelah itu umat Nabi Muhammad segera dipanggil untuk dihisab. “Di antara mereka ada yang masuk surga dengan rahmat Allah. Di antara mereka ada juga yang masuk surga karena syafa’atku.”
Beliau melanjutkan, “Aku terus memberikan syafa’atku kepada umatku, sampai-sampai aku diberikan daftar nama umatku yang mereka sudah digiring menuju neraka, hingga Malaikat Malik penjaga pintu neraka berkata kepadaku, ‘Ya Rasulullah. Tampaknya kau tidak akan memberikan (membiarkan) satu pun dari umatmu untuk mendapatkan adzab Allah SWT’.”

Buah Cinta yang Harus Dipetik

Kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW akan membuahkan hasil dan faedah yang amat banyak. Yang terbesar dari faedah yang akan didapat terdapat pada tiga hal.
Pertama, ketaatan dan peneladanan, serta cermat saat melaksanakannya. Tidak jarang orang yang akan menaati perintahnya justru terjerumus masuk dalam dosa karena tidak cermat memahami maksud perintah itu.
Contoh kecil, taat pada suami dan orangtua adalah wajib, tetapi akan menjadi dosa ketika perintahnya berisi agar istri atau putrinya menanggalkan jilbab. Saling menasihati adalah perintah agama, tapi jika nasihat itu tidak diucapkan dengan santun, bukan pahala yang diterima, melainkan justru dosa yang tanpa disadari akan didapat. Hal-hal seperti ini tidak akan terjadi kalau kecintaan kepada Nabi SAW tumbuh secara tulus, memahami agama ini dengan bimbingan para ulama, dan selalu mengevaluasi diri atas tindak-tanduk sikap dan ucapan yang dilakukan setiap saat.

Suka Cita Umat Rasulullah

Sejak dulu, Maulid Nabi memang selalu dikenang dengan beragam cara. Bahkan pada saat detik-detik Maulid Nabi sendiri, Allah SWT Yang Maha Berkehendaklah yang telah mengisyaratkan momentum tersebut sebagai momentum yang begitu bernilai dan layak dimuliakan.
Saat beliau dilahirkan, singgasana Raja Kisra terjungkal. Di belahan bumi lainnya, api abadi sesembahan kaum Persia yang selama ribuan tahun tak pernah redup, tiba-tiba mati begitu saja. Di kemudian hari, bahkan Rasulullah SAW sendiri memperingati Maulid-nya, dengan berpuasa di hari Senin, hari saat beliau dilahirkan.
Saat mengomentari berbagai peristiwa di atas yang dikaitkan dengan kelahiran Rasulullah SAW, Al-Qaradhawi mengatakan, karenanya, semangat memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW pada dasarnya adalah semangat dalam menyambut kehadiran Islam itu sendiri.
Benar yang dikatakannya, sebab singgasana raja Kisra dan api sesembahan Persia adalah simbol-simbol kebathilan yang akan disingkirkan oleh cahaya hidayah yang memancar dari ajaran syari’at yang dibawa Rasulullah SAW.

Makanan Yang Halal, Haram Dan Syubhat

Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata'ala Maha Raja Alam Semesta, Masa Penguasa setiap waktu dan masa, Maha mengusai setiap kejadian, dan semua yang terjadi di alam kehidupan ini, alam yang fana dan alam yang abadi, alam yang abadi menantiku dan menanti kalian untuk mencapainya, untuk mendapatkannya, dengan seruan-seruan multi sempurna, dari Sang Pembawa kemuliaan di dunia dan akhirat, utusan yang paling di cintai Allah, makhluk yang paling di cintai Allah, Cinta Nya Allah sebagai hamba dan Rasul Nya, yang terbuka dari tuntunannya segala keridhaan Ilahi, Samudera yang Allah ciptakan, menjadi samudera keridhaan Allah, Sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, Samudera cahaya kasih sayang Ilahi Sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, Samudera Cinta Nya Allah Sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, Yang setiap gerak geriknya adalah Ridha Allah subhanahu wata'ala,

“katakanlah jika kalian mencintai Allah, ikutilah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, kalian akan di cintai Allah” Cinta Allah, Allah simpan pada manusia yang bernama Muhammad Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, orang yang paling lemah lembut di dalam ucapan dan perbuatannya, dan paling berkasih sayang dan paling pemurah dalam segala halnya dan orang yang paling baik kepadaku dan pada semua ummat nya di dunia dan di akhirat, tidak berhenti mendo’akan kita setiap saatnya, menjawab salam kita setiap saat, mendo’akan dosa-dosa kita agar di ampuni Allah, dan memuji Allah kalau kita berbuat baik, tidak meninggalkan kita walau telah wafat.

Ucapkanlah bersama-sama

يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. يَا الله...يَا الله... ياَ الله..
Dosa-dosa kami, kesalahan-kesalahan kami, masa depan kami dunia dan akhirat kami titipkan pada Nama Mu Yang Maha Luhur,
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. يَا الله...يَا الله... ياَ الله..
Hadirin hadirat kita berdo’a, demi suksesnya kedatangan Guru Mulia kita, dan suksesnya acara kita dan suksesnya perjuangan kita dalam acara ini, kita bermunajat dengan menyebut ya Allah 300 kali agar kehadiran beliau membawa Rahmat dan keberkahan bagi kita, bagi bangsa kita, bagi kota kita, jadi kota damai jauh dari musibah, musim kemarau datang membawa Rahmat, musim hujan datang membawa Rahmat, bukan membawa musibah,
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. يَا الله...يَا الله... ياَ الله..
Limpahkan Rahmat, limpahkan anugerah, limpahkan kemudahan, limpahkan kebahagiaan
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. يَا الله...
Dua hari lagi, dua hari lagi kita akan melihat wajah yang bercahaya dan berseri
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. يَا الله... يَا الله...ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ الله مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ
yang terus saya himbau jamaah yang punya helm, helmnya di pakai, yang tidak punya helm beli kalau mampu, kalau tidak punya uang semoga Allah limpahi Rizki yang luas, yang sudah punya helm yang belum punya helm semoga di limpahi Rizki yang luas, awas sudah punya rizki luas tidak beli helm juga, demikian Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah

Rabu, 23 Jun 2010

Para Pencinta & Pembela RasuluLlah ShalALLAHu`alaihiwasalam

Perbanyaklah Berdoa Ketika Bersama Para Shalihin

قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذَا سَمِعْتُمْ صِيَاحَ الدِّيكَةِ فَاسْألوا اللهَ مِنْ فَضْلِهِ فَإِنَّهَا رَأَتْ مَلكًا، وَإِذَا سَمِعْتُمْ نهيْقَ الْحَمِيْرِ فَتَعَوَّذُوْا بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ رَأَى شَيْطَانًا
( رواه البخاري )
“Apabila kalian mendengar ayam jantan berkokok (di waktu malam), maka mintalah anugrah kepada Allah, karena sesungguhnya ia melihat malaikat. Namun apabila engkau mendengar keledai meringkik (di waktu malam), maka mintalah perlindungan kepada Allah dari gangguan syaithan, karena sesungguhnya ia telah melihat syaitan” ( Shahih Al Bukhari )


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ الْجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ هَدَاناَ بِعَبْدِهِ الْمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ ناَدَانَا لَبَّيْكَ ياَ مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلّمَّ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَالْحَمْدُلله الَّذِي جَمَعَنَا فِيْ هَذِهِ الْمُنَاسَبَة الكريمة وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata'ala Yang telah membangun kerajaan alam semesta dengan sempurna, membangun angkasa raya dari tiada dan menciptakan keturunan Adam sampai akhir zaman dan Dialah ( Allah ) yang menjadikan makhluk akan kembali menemui kehidupan setelah kematian . Yang Maha menggenggam setiap ruh dan jasad didalam genggaman qudrat Ilahiah , yang tidak bisa dirubah kehendak Allah subhanahu wata'ala, tidak ada satupun yang bisa mengurangi jumlah debu yang ada di muka bumi , tidak satupun yang bisa mengurangi jumlah tetesan air hujan yang akan turun ke bumi, satu tetespun mereka tidak bisa menguranginya , demikian Sang Maha Raja langit dan bumi Yang berkuasa tunggal dan abadi . Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata'ala yang telah menghadirkan kita di tengah-tengah bulan luhur, bulan terbitnya Rahmatan lil'aalamin , rahmat bagi sekalian alam semesta , rahmat bagi seluruh manusia , rahmatnya Allah yang menuntun kepada rahmat Allah yang kekal , Rahmatan lil'aalamin sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam , seorang utusan Allah dan nabi Allah yang dilahirkan ke muka bumi dan dibangkitkan dalam usia 40 tahun untuk menuntun rahasia-rahasia keluhuran , menuntun kepada kedamaian , kebahagiaan dan mengenalkan seindah-indah akhlak , seraya bersabda diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari :
أَحَبُّ النَّاسِ إِلَيَّ أَحْسَنُكُمْ أَخْلاَقًا
" Manusia yang paling aku cintai adalah yang paling baik budi pekertinya "

Muslim Yang Paling Utama

Para sahabat bertanya kepada Rasulullah, "Muslim manakah yang paling utama ?" Maka Rasulullah sahallallahu 'alaihi wasallam menjawab : " seseorang yang orang-orang muslim lainnya selamat dari lidah dan tangannya " ( Shahih Al Bukhari ) 

Limpahan puji ke hadirat Allah subhanahu wata'ala Yang Maha Luhur , Maha membangun kerajaan alam semesta , cahaya keindahan yang menerbitkan kebahagiaan yang fana dan kebahagiaan yang kekal , cahaya tunggal yang menerbitkan segala keindahan yang ada di alam semesta , cahaya kenikmatan sumber dari segala kenikmatan berpadu seluruh keluhuran pada keagungan nama Allah , dan terbukalah rahasia keindahan Ilahi dan semerbak keagungan-Nya , dengan keagungan " Laa ilaaha illallah Muhammadun Rasulullah " , terbuka semerbak keagungan Rabbul 'Alamin dan cahaya kecintaan dan kasih sayang-Nya dengan kalimat " Tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad utusan Allah " , itulah gerbang keluhuran yang pertama , yang jika seseorang memasukinya maka ia telah berada dalam koridor muslimin dan berada dalam cahaya rahmat Ilahi siang dan malam tinggallah ia berusaha menuju dan mendekat ke hadirat Allah sepanjang waktu dalam hidupnya , hidup yang berada diantara alam rahimnya dan alam barzakhnya yaitu alam kehidupan dunia .

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah

Kita mengingat pada tanggal 8 Jumadil tsani tahun 13 H adalah wafatnya sayyidina Abi Bakr As Shiddiq radiyallahu ‘anhu wa ardaahu. Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari bahwa wafatnya sayyidina Abu Bakr As Shiddiq adalah dalam seindah-indah keadaan. Ketika itu ia bertanya kepada putrinya Aisyah Ra: “Aisyah, Rasulullah ketika wafat dikafani dengan berapa kain kafan?”, Aisyah menjawab: “ dengan 3 kain kafan wahai ayah”, kemudian sayyidina Abi Bakr bertanya lagi: “ kita mempunyai berapa kain kafan?”, maka saayidah Aisyah berkata: “tiga helai ayah, namun yang satu kotor terkena kunyit”, sayyidina Abi Bakr berkata: “ cuci saja yang satu itu dan persiapkan”, maka sayyidah Aisyah berkata: “ wahai ayah beli saja yang baru karena kain ini telah terkena kunyit”, maka sayyidina Abi Bakr berkata : “ yang hidup lebih berhak memakai yang baru daripada yang wafat, sudahlah yang itu saja dipersiapkan”, kemudian beliau bertanya: “ wahai Aisyah wafatnya Rasulullah pada hari apa?”, ini menunjukkan bahwa keadaan sayyidina Abu Bakr As Shiddiq sudah setengah sadar, maka dijawab oleh sayyidah Aisyah radiyallahu ‘anha: “ beliau wafat pada hari Senin wahai ayah”, maka sayyidina Abu Bakr As Shiddiq berkata: “ hari ini, hari apa?”, “hari senin wahai ayah” jawab sayyidah Aisyah, maka sayyidina Abu Bakr berkata: “ aku berharap hari ini sebelum terbenamnya matahari aku wafat”, maka di hari itu juga sebelum terbenamnya matahari beliau pun wafat. Hadirin hadirat, kejadian ini terjadi pada tahun 13 H yaitu 14 abad yang silam. Namun saat ini kembali kita mengingat hari mangkatnya khalifah pertama yang sangat mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan sangat mencintai para ahlu bait Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sehingga sebagian fitnah muncul yang mengatakan bahwa sayyidina Abu Bakr As Shiddiq itu tidak disukai atau telah menyakiti perasaan sayyidah Fathimah Az Zahra’ Ra, dijelaskan di dalam Fathul Bari Bisyarh Shahih Al Bukhari bahwa sayyidina Abu Bakr As Shiddiq setelah kejadian tanah fadak, menjelaskan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mewariskan apa-apa, maka terdengar kabar bahwa sayyidah Fathimah tidak enak diri dengan perkataan Abu Bakr, maka datanglah sayyidina Abu Bakr ke rumah sayyidah Fathimah Az Zahra’ kemudian ia mengetuk pintu dan dibuka oleh sayyidina Ali bin Abi thalib suami sayyidah Fathimah dan berkata: “ ada apa wahai Khalifah?”, maka berkata sayyidina Abu Bakr As Shiddiq Ra :” bisakah engkau izinkan aku untuk bertemu sayyidah Fathimah Az Zahra’ untuk meminta maaf jika aku mempunyai kesalahan atau barangkali aku telah menyinggung perasaannya”, maka sayyidina Ali datang kepada istrinya sayyidah Fathimah dan berkata:” wahai putri Rasulullah, apakah engkau izinkan Khalifah Abu Bakr untuk masuk, ia datang untuk meminta maaf “, maka sayyidah Fathimah berkata: “ jika engkau izinkan maka aku pun mengizinkan”, maka sayidina Abu Bakr As Shiddiq masuk dan beliau tidak keluar dari rumah Fathimah sebelum ia ridha dan memberi maaf atas sesuatu yang mungkin telah menyinggung perasaan sayyidah Fathimah. Dan sebelum sayyidina Abu Bakr wafat sayyidah Fathimah telah wafat terlebih dahulu setelah wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dijelaskan dalam riwayat yg kuat, bahwa saat wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ketika itu sayyidina Mu’adz bin Jabal Radiyallahu ‘anhu sedang berdakwah di Yaman, tiba- tiba di dalam tidurnya ia mendengar suara yang memanggil : “ Wahai Mu’adz apakah engkau bisa tidur sedangkan jasad Rasulullah sudah berada di dalam tanah!”, maka Mu’adz bin Jabal bangun dan ternyata ia bermimpi, maka ia tidur lagi kemudian ia mendengar suara yang sama memangginya :” Wahai Mu’adz, apakah engkau bisa tidur sedangkan jasad Rasulullah telah berada di dalam tanah!”, maka ia pun bangun dan melakukan shalat tahajud dan setelah shalat subuh ia membuka dan membaca Al qur’an dan ayat pertama kali yang ia baca adalah, firman Allah subhanahu wata’ala:
إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ
( الزمر : 30 )
“ Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula)”. ( QS. Az Zumar: 30 )
Maka setelah membaca ayat itu sayyidina Mu’adz langsung berangkat ke Madinah Al Munawwarah dan belum sampai ke Madinah beliau bertemu dengan kaum Anshar dan mereka mengatakan bahwa Rasulullah telah wafat , maka ia kembali melihat surat Rasulullah yang ditandatangani oleh stempel Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam dan ia pun menangis, kemudian ia datang ke rumah sayyidah Fathimah Az Zahra’dan beliau berkata: ” wahai Mu’adz, Rasulullah kirim salam kepadamu, kata Rasulullah jika Mu’adz datang maka sampaikan salam rinduku untuk Mu’adz bin Jabal”, maka sayyidina Mu’adz ziarah ke makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan ia kemudian kembali lagi ke Yaman karena diperintahkan oleh Rasul untuk tetap kembali lagi ke Yaman.